Sejarah Perlawan Rakyat Karawang



Sejarah Karawang

Karawang tak pernah bisa dipisahkan dari peristiwa Rengasdengklok 16 Agustus 1945. Pada hari itu, terjadi peristiwa penculikan terbesar dalam sejarah Republik Indonesia. Pemuda Rengasdengklok menculik Soekarno-Hatta dan mendesak mereka berdua untuk mempercepat proklamasi tanpa harus menunggu keputusan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI).
Berawal dari keberanian beberapa pemuda Indonesia yang tergabung dalam sebuah perkumpulan yang disebut Menteng 31, yaitu Chaerul Saleh, Soekarni, Wikana, dan Aidit, para pemuda ini berinisiatif menculik Soekarno-Hatta karena Jepang yang kalah perang sudah tak mampu lagi mengontrol keadaan di Indonesia. Tepat pada pukul 3 dini hari, mereka membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, Karawang.

Penculikan ini dipicu adanya perbedaan pendapat antara golongan pemuda dan golongan tua mengenai pelaksanaan compositions Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Bagi golongan tua, melakukan proklamasi kemerdekaan RI haruslah sesuai dengan persetujuan dan usulan dari PPKI. Namun, golongan pemuda tak menyetujui hal tersebut karena mereka beranggapan bahwa PPKI sejatinya adalah organisasi bentukan Jepang.

Tentunya itu akan membuat bangsa Indonesia makin sulit dalam mempercepat kemerdekaannya. Para pemuda beranggapan bahwa jika proklamasi kemerdekaan telat dilakukan, semakin lama kekuasaan Jepang di Indonesia akan semakin kuat. Golongan pemuda ingin proklamasi dilakukan secara cepat, mereka ingin kemerdekaan diperoleh sendiri dan bukan diberikan oleh Jepang melalui PPKI.

Di akhir show penculikan ini, Soekarno-Hatta akhirnya kembali ke Jakarta untuk meneruskan compositions perumusan Proklamasi Kemerdekaan RI. Hasilnya, pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaannya sebagai hasil dari jerih payah rakyat dan seluruh elemen bangsa.

Pemberontakan 1677

Natamanggala mengumpulkan para pengikut Wirasaba dan kelompok budak Bali yang melarikan diri dari Batavia. Mereka membakar kampung di Karawang. Natamanggala dan pengikutnya juga menyerang kadipaten dan membunuh Bupati Singaperbangsa.

Terbunuhnya Singaperbangsa menimbulkan perang saudara di Karawang. Para pengikut Singaperbangsa seperti Singaderpa, Suriadipati dan Wirabaya melakukan perlawanan terhadap para pemberontak. Mereka juga mengangkat putera Singaperbangsa yang bernama Raden Anom Wirasuta sebagai pengganti ayahnya.

Sementara itu pemberontakan Trunajaya berhasil ditumpas oleh Amangkurat II atas bantuan Kompeni. Sebagai balas jasa, Amangkurat II menyerahkan wilayah Priangan termasuk Karawang pada Kompeni. Mulai akhir 1677 Karawang berada di bawah kekuasaan Kompeni.

Komentar